Foto: Mikael Naftali/Nova
Keju merupakan makanan yang mengandung konsentrat nutrisi. Kandungan gizinya sangat baik bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Juga bagi kaum vegetarian, yang hanya makan sayur-sayuran dan berpantang daging, keju bisa digunakan sebagai pengganti daging karena kandungan proteinnya yang tinggi.
Cake dan roti yang ditaburi keju pasti akan terasa lebih lezat. Namun, jangan keliru memilih keju sebagai pelengkap makanan. Banyak sekali jenis keju yang terdapat di seluruh dunia, ratusan jumlahnya. Sampai-sampai, orang Perancis yang menyebut negaranya sebagai penghasil keju paling enak dan terbanyak mengatakan, kita bisa makan keju berbeda setiap hari di Perancis selama setahun, tanpa pernah mengulang jenisnya.
Oleh karena banyak jenisnya, kita harus pandai-pandai memilihnya sesuai fungsi, aroma, dan tentu rasa yang cocok. Berdasarkan bahan dasarnya, keju ada yang dibuat dari susu sapi, kerbau, domba, atau kambing. Sedangkan dari teksturnya, keju digolongkan ke dalam dua jenis:
Keju Muda (soft cheese) berkadar air 36 – 40 persen, terdiri dari:
Camembert, keju lunak asal Perancis. Pertama kali dibuat abad ke-18 di desa Normandia. Terbuat dari susu sapi, bertekstur amat lembut dan berwarna creamy yellow. Keju ini mengandung lemak sekitar 45 – 50 persen. Selain enak dimakan begitu saja atau sebagai table cheese, keju ini juga cocok untuk campuran omelette, isi souffle, pancake, atau apple pie.
Ricotta, keju asal Italia. Teksturnya sangat rapuh, kandungan lemaknya termasuk tinggi, sekitar 65 persen. Kombinasi rasanya gurih dan lezat dengan aroma harum, sangat pas dipadukan dengan aneka masakan pasta Italia, seperti lasagna dan spaghetti.
Brie, keju lunak asal Perancis, dengan ciri khas kulit luar berwarna putih dan bagian dalam lembut meleleh. Aromanya tajam dan kandungan lemaknya sekitar 45 persen. Brie cocok dipakai sebagai bahan campuran salad, dimakan dengan buah olive segar atau acar.
Cream cheese, di pasaran dapat ditemukan dua macam: double cream cheese dengan kandungan lemak 65 persen, dan cream cheese dengan kandungan lemak 45 persen. Berbeda dengan jenis keju lainnya, cream cheese berasa sedikit masam. Keju ini biasa digunakan untuk hidangan penutup, misalnya chesse cake, isi pai, atau dimakan bersama potongan buah-buahan.
Keju Keras (hard cheese), berkadar air 25 – 36 persen, terdiri dari:
Edam, keju keras asal Belanda. Teksturnya keras dan kandungan lemak sekitar 40 persen. Keju ini selalu dikemas dengan lapisan sejenis lilin berwarna merah. Edam sangat cocok untuk campuran aneka kue kering seperti kastengels atau taburan pada hidangan dipanggang.
Parmesan, jenis keju keras asal kota Parma, Italia. Umumnya berbentuk silinder, berwarna kuning muda. Kandungan lemaknya sekitar 61 persen. Teksturnya keras, cocok untuk diparut. Aroma parmesan cukup tajam, karena proses pemeramannya cukup lama, antara 14 bulan sampai 4 tahun. Keju ini cocok untuk taburan pizza, sup, atau olahan aneka pasta.
Cheddar, jenis keju asal Inggris ini paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Rasanya lezat, aromanya tak terlalu tajam. Cheddar cocok untuk masakan apa saja. Casserole, sup, isi sandwich, dan salad. Cheddar mengandung lemak 48 persen, dengan masa pemeraman 9-24 bulan.
Emmenthal, berasal dari Swiss, berwarna kuning, punya karakteristik berbeda dengan keju lainnya. Bentuknya unik, jika dipotong akan terlihat lubang-lubang yang terbentuk selama proses fermentasi. Keju ini banyak disukai, karena cita rasanya lembut dan aromanya yang kaya. Emmenthal cocok dihidangkan sebagai keju meja dan dimakan dengan ditemani segelas anggur.
Nuraini W., Erwin K./ dari berbagai sumber
Foto: Mikael NaftaliI/ NOVA
Sumber : www.tabloidnova.com